Paha Mulus Euiy....

Tadi pagi, aku mengisi bahan bakar minyak pada sebuah SPBU di Takalar. Ketika sedang antri, di sampingku masuk sebuah motor matik yang dikendarai oleh seorang perempuan berusia belia. Yang membuat aku tertarik dan kembali melihatnya adalah karena gadis itu memakai celana yang lumayan seksi. Celana hot pants yang super pendek membuat pahanya yang putih mulus begitu bercahaya di pagi hari.

Melihat paha tersebut, di kepalaku langsung muncul pikiran ngeres, “wow, mubazir nih kalau disia-siakan”. Maka berkelanalah sorot mata aku di setiap milimeter paha mulus gadis di samping aku itu. Sejenak aku mencuri pandang ke wajahnya, lumayan manis. Tapi mukanya di pasang jutek, mungkin karena melihat mata aku yang tak mau lepas dari pahanya yang bening.

Tiba-tiba,
“Ngapain melotot begitu, tak pernah lihat paha mulus ya?” Serunya jutek.
“Bukan nggak pernah lihat, tapi kan kasihan kalau di pamer tidak ada yang lihat, hehehehe...”, jawabku santai.

Dia mungkin tak tahu, jangankan paha, lebih dari itu pernah aku nikmati, hahahaha....
“Siapa yang pamer? Kamu tuh tak tahu malu ya, di depan umum melakukan pelecehan terhadap perempuan!” Wow, makin ketus dia.
“Hahahaha.... Terus apa namanya dong di perlihatkan begitu kalau bukan pamer? Aku juga pakai mata aku sendiri kok, yeee..”, ucapku sekenanya.

“Tapi kok fokus ke pahaku?”
“Loh, suka-suka aku dong. Paha kamu tuh yang salah posisi dibuka di ruang publik. Ini berarti bukan aku yang melecehkan kamu, kamu tuh yang melecehkan aku. Pasang paha di depan mata, ya jelas dilihatlah. Kalau tak mau dipelototi, ya ditutup non”.

“Kamu gila urusan banget ya, ini kan pahaku, aku mau tutup atau buka, urusanku dong”. Gadis itu berkelit sambil mengelus pahanya. Mataku kembali melotot.
“Oke, aku sepakat itu paha kamu, jadi kamu bisa buka dimanapun kamu mau. Tapi kamu juga harus mengormati aku, ini mataku, jadi aku bisa menggunakannya untuk melihat apa saja”, aku mencoba berargumen.

“Tapi itu pelecehan namanya, memandang paha seorang gadis dengan mata melotot. Itu jelas pelecehan”, dia kembali mengulang tuduhannya.
“Pelecehan apa? Dasar tak punya otak. Kalau kamu pamer pahamu itu di dalam kamar tidurmu, lalu aku pergi mengintip atau memaksa melihatnya, itu baru pelecehan. Tapi kalau dibukanya di ruang publik begini, itu bukan pelecehan non!” Jelasku.

Dia terdiam mendengar argumenku. Dia seperti cukup emosi.
“Pokoknya kamu tidak tahu malu..!!!!” Teriaknya.
“Wow wow wow, tuduhan yang menarik nona. Aku tidak punya malu? Kamu tuh yang tidak punya malu, pamer paha di depan orang banyak. Kalau kamu siap untuk berpakaian begitu, kamu harus siap dipelototi dong..!”

"Mau isi berapa liter pak?"  Pertanyaan pegawai SPBU membuyarkan dialog imajinerku dengan gadis itu. Setelah tangki bensin motorku terisi penuh, motor aku stater lalu kupacu menuju jalan raya. Ekor mataku masih saja sempat melirik ke paha mulusnya yang aduhai. Wow, seandainya......

Semoga Tuhan mengampuniku yang telah mengagumi ciptaanNya yang luar biasa.
Dan  memberi pahala kepada gadis itu karena telah bersedekah dan menghiburku pagi-pagi....

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Soal paha mulus, walau sudah begini tua tapi tetap dapat menikmatinya, malalui mata maupun yang lainnya. He...he.. Apalagi orang muda seperti Ananda Kasman. Yang ingin saya sarankan begini Nak, coba posisikan kalimat Ananda di bawah ini, pada menjelang akhir tulisan. Ayah yakin, akan timbul kecurigaan kpd Ananda, dan pada akhirnya terehabilitasi setelah membaca kalimat: "... refleks, muncul dialog imajiner antara aku dengan gadis itu".
    Berkarya terus Anakku!

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah, sudah saya edit ayahanda..

    semoga kian menarik :)

    BalasHapus